Senin, 01 November 2010

Persiapkan Kematian dengan Paliatif

Sekedar review saja, setelah baca sebuah rubric di Koran.

Umur manusia adalah sebuah misteri Ilahi, umur adalah rahasia sang pencipta. Namun, kita sering mendengar “Usianya hanya tinggal menunggu hari saja” karena pasien itu sudah sampai pada stadium akhir penyakitnya. Tapi itu tidak berarti harus pasrah dan berdiam diri terhadap vonis itu. Kematian bias dipersiapkan.

Tapi apa iya kematian bisa dipersiapkan ?

Bisa saja, tapi disini bukan berarti menunda atau memperpanjang umur. Pasien dan keluarga bisa mempersiapkan kematian dengan Paliatif.

Prof dr R Sunaryadi Terjawinata SpTHT mengatakan perawatan Paliatif didasari Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI tentang kebijakan Perawatan Paliatif yang dikeluarkan tahun 2007. Berdasarkan definisi WHO yang dilansir tahun 2005, perawatan Paliatif merupakam perawatan terpadu yang bertujuan meningkatkan kualitas hidup.

Caranya dengan meringankan nyeri dan penderitaan lain yang dirasakan oleh pasien, memberi dukungan spiritual dan psikososial mulai dari diagnose awal hingga dukungan keluarga yang berduka.

Sayangnya perkembangan perawatan Paliatif di Indonesia tidak terlalu berkembang. Sampai saat ini baru tujuh rumah sakit di enam ibukota provinsi yang menyelenggarakan perawatan Paliatif. Di Jakarta baru ada di RS Dharmais dan RSCM.

Banyak keluarga yang saat mengetahui penyakit pasien tidak bias disembuhkan memilih perawatan di rumah. Anggota keluarga inilah yang harus disiapkan dan didampingi. Anggota keluarga ini yang harus disiapkan untuk menghadapi keluhan si pasien nantinya. Keluarga selalu menjadi orang terdekat si pasien sehingga juga yang akan mengalami dampak akibat salah seorang anggotanya mengalami penyakit terminal (stadium akhir).

Bicara kematian biasanya dekat dengan spiritual dan agama. Namun spiritual bukan hanya agama. Terpenting disini adalah member spirit atau semangat kepada pasien untuk selalu berjuang menghadapi penyakitnya.

Pasien dalam perawatan Paliatif didorong untuk selalu menjalankan kewajiban agamanya bagaimanapun kondisinya. Karena itu saat pasien menanyakan sesuatu yang tidak bias dijawab dokter atau perawat dilibatkan rohaniawan. Rohaniawan disini berfungsi sebagai pemberi semangat diluar keluarga dan dapat member saran-saran agama kepada si pasien.

Jadi, karena bagaimanapun manusia hidup pasti menghadapi kematian dan kita tidak pernah tahu kapan kematian kita, kita harus selalu menghargai hidup dan menjalankannya dengan sebaik-baiknya.

Sumber : Warta Kota minggu, 24 oktober 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.