Rabu, 29 September 2010

Malam di Stasiun

Kehidupan selalu berjalan dimana saja, baik di desa terpencil atau kota metropolitan, baik itu siang atau malam. Kehidupan hampir tidak pernah mati sampai kiamat nanti.
Kehidupan pun tetap bergulir di sebuah stasiun besar di Ibukota, malam telah hampir menunjukkan pukul 11.00.
Beberapa orang masih duduk menunggu kereta terakhir untuk malam itu. Ada yang mendengarkan musik, tidur-tiduran atau mengobrol. Pedagang yang biasa berjualan pun masih menjajakan sisa-sisa dagangannya hari ini, Walau tak sesemangat pagi atau siang.
Beberapa peminta-minta pun masih mondar-mandir meminta uang kecil untuk sesuap nasi. Harapan untuk hidup yang lebih baik dengan urbanisasi ke Ibukota hanya menjadi mimpi yang sirna. Bukan kehidupan yang lebih layak yang didapat melaikan kehinaan dengan mengemis.
Anak-anak kecil yang nampaknya terlantar bermain diperon. Lepas bebas bermain dengan sesuatu yang menjurus kasar tapi siapa mau melarang. Tidak jelas kemana orang tuanya, tidak khawatirkah mereka dengan nasib putra-putrinya.
Pengumuman mengenai kereta yang akan masukpun berkali-kali diumumkan. Beberapa kereta masuk dan kembali berangkat. 7 peron yang ada memang hanya beberapa yang ditunggui orang. Namum, yang paling ramai adalah peron 6 yang akan dimasuki KRL ekonomi AC Bogor.
Beberapa kereta api untuk keluar kota melintas, beberapa gerbongnya pun datang untuk mendapat pembersihan. Selang panjang di tarik beberapa pembersih. Tidak terbayang kelelahan yang didapat untuk membersihkan rangkaian itu.
Lampu yang redup dan kelelahan hari itu pastinya membuat keadaan stasiun itu sepi. Obrolan-obrolan yang muncul pun tak panjang. Jawaban sekedarnya hanya itu yang terdengar. Malam yang sunyi dan dingin.
Beberapa orang nampak menyusun kardus-kardus bekas di peron, ketiadaan rumah nampaknya membuat stasiun tua itu menjadi tempat yang nyaman untuk menginap. Kenyamanan yang tak sebanding dengan rumah.
Kerata Bogor terakhir itupun tiba, hampir semua penumpang di peron 6 berdiri. Yang lain Nampak menyiapkan diri takut barangnya ketinggalan, pedagang yang ada sudah tutup, para peminta-minta tidak tahu kemana. Yang tidur sudah hampir tiba dimimpi indah. Kereta meninggalkan stasiun tua dan kenyamanan rumah adalah harapan yang tersisa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.